Senin, 29 Februari 2016

Di Ujung Kehancuran, Aku Menoleh

Inilah kisah seorang wanita yang hidup menjadi seorang isteri salah satu dari 25 nabi yang wajib diketahui. Kisah ini begitu terkenal dikalangan kami orang muslim, bukan karena kerukunan kisah rumah tangga mereka, bukan pula keharmonisan bak limpahan kasih sayang yang membuat kisah keduanya menjadi terkenal. Namun, adzab itu, penghianatan itu, keterikatan akan kaum yang murka itu yang membuat kisah ini begitu terkenal. Yang akhirnya memisahkan kebersamaan sebuah ikatan kekeluargaan, memutus rantai dari janji yang telah diikrarkan.
 
Ialah Walihah salah satu wanita beruntung karena telah menjadi salah satu isteri Nabi Allah yang bernama Luth as. namun kisah perjalanan hidupnya tak seberuntung akan posisi atau kedudukannya. Kecintaan terhadap kaumnya menggelapkan setiap nasihat kebaikan sang suami, bahkan ia lebih rela menjadi mata-mata kaumnya dan membuat rasa malu yang besar suaminya akan perilaku dirinya. Yah itulah ia Walihah.
 
Walihah hidup bersama kaum yang saling mencintai sesama jenis. Hidup mereka begitu bebas. Menganggap lumrah yang namanya perampokan, pengkhianatan teman, serta perbuatan-perbuatan munkar di tempat-tempat perkumpulan mereka. Bahkan tanpa malu mereka saling mengeluarkan bunyi kentut di setiap perkumpulan mereka, melakukan perbuatan-perbuatan yang sangat tercela di tempat-tempat pesta tanpa ada yang melarangnya. Mereka tidak mau mendengarkan nasehat dari orang-orang yang memberikan nasehat. Dalam hal ini, maka pantaslah ketika mereka dikatakan seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Tak tanggung, mereka para teman walihah ini menantang dengan meninta langsung adzab yang hendak diturunkan oleh Tuhannya Luth ketika memang mereka tidak mau berubah dari segala aktifitas keji mereka. Na’udzubillah
 
Tak tanggung pula Allah dzat yang maha Agung, sebagai Tuhannya Luth mengabulkan permintaan mereka berupa pemberian adzab yang sangat pedih dan begitu menyakitkan. Allah mengabarkan berita ini dengan mengirimkan malaikat-malaikat dalam bentuk pemuda tampan yang tiada tandingannya. Para malaikat ini menjadi tamu yang hadir ke kediaman nabi Luth as. kedatangan mereka adalah suatu rahasia besar, karena jika diketahui kaumnya, entah apa yang akan dilakukan kaumnya ini kepada kedua tamu agung tersebut. Salah seorang yang diberitahu rahasia besar tersebut adalah walihah, sang isteri yang tentunya berada di kediaman nabi Luth. Hal tersebut menunjukkan, betapa nabi Luth menjadikan sang isteri sebagai salah seorang kepercayaannya. Namun apa, dengan mudah walihah menodai kepercayaan itu. kesetiaan kepada kaumnya melebihi kesetian kepada suaminya. Walihah mengatakan bahwa di rumahnya terdapat pemuda tampan yang tak pernah ia temui sebelumnya, hal ini lah yang menjadikan kaum pria yang merupakan pecinta sesama jenis itu segera mendatangi kediaman nabi Luth.
 
Kaum yang tersesat itu sudah tak menghiraukan adab, kehormatan atau rasa malu antar sesamanya. Mereka telah buta akan nafsu yang sebagian besar datang dari syetan,hingga allah memberikan kepedihan melalui sayap-sayap malaikat dengan membuat mata mereka hilang sama sekali dan tidak tersisa sedikitpun baik ditempat mata,biji mata ataupun bekasnya. Seperti batu, hal itu pun tak membuat kaum Luth jera, bahkan mereka mengancam akan kembali lagi untuk membalas dendam.
Kehadiran malaikat benar-benar menyampaikan akan adzab yang sebentar lagi akan menghadang kaum walihah. Maka dari itu kasih sayang Allah hadir untuk menyelamatkan kaum Luth yang telah beriman untuk segera meninggalkan negeri Sodom tersebut sebelum fajar. Menurut kalangan ahli kitab bahwasannya para malaikat memerintahkan kaum Luth untuk naik ke puncak gunung dan menjauh dari negeri Sodom.
 
Beberapa ahli kitab mengatakan, salah satu yang ikut ke dalam rombongan tersebut adalah walihah, isteri tercinta. Ditemani raista dan zaghrata (kedua putrinya), walihah bersama-sama kaum yang beriman melakukan perjalanan dari sebelum fajar. Selain itu, salah satu yang menjadi keselamatan mereka adalah dilarang menoleh ke arah belakang selama perjelanan hingga perjalanan itu selesai.
Sementara itu, adzab Allah mendatangi kaum nabi Luth yang kafir dengan begitu keji. Allah membalikannya dan mengangkatnya dari sijjil yang turun secara bertubi-tubi. Batu-batu tersebut terdapat tulisan di atasnya nama-nama orang yang akan dikenainya, baik yang ada di kota tersebut ataupun yang tengah berada dalam perjalanan, pindah daerah atau perantauan. Allah Ta’ala menjadikan tempat tersebut sebagai lautan bangkai yang air dan tanah di sekitarnya tidak dapat dimanfaatkan karena kehancurannya, jelek kualitasnya dan terlalu rendah datarannya.
 
Perjalanan yang ditempuh oleh nabi Luth bersama kaumnya yang beriman termasuk istrinya sudah begitu jauh, sebentar lagi mereka akan merasakan keselamatan yang utuh baik keselamatan fisik maupun akidah. Namun, dalam perjalanan tersebut Allah begitu memahami hamba-hambanya. Allah Maha mengetahui mana yang benar-benar beriman dan mana yang hanya sekedar beriman. Sehingga, ketika mendengar rintihan suara kepedihan atas adzab Allah, maka pada saat itu walihah menengok ke belakang serta berteriak “aduhai kaumku!”. Keterikatan hati yang kuat menyebabkan walihah tak mampu meninggalkan kaumnya, iman yang baru merekah dalam jiwanya tak mampu menandingi kecintaan walihah akan kaumnya. Walihah begitu sulit berpisah dari kaumnya, hingga hal itu mampu membuatnya menoleh dan menanggalkan keselamatannya. Pada saat itu pula lah batu yang sama, Allah timpakan dari atas kepala walihah dan mengumpul lah walihah bersama kaumnya dalam adzab yang sangat pedih.
 
Dari sini, banyak hikmah yang dapat dipetik. Bahwasannya kewajiban terbesar seorang isteri adalah mengikuti/taat akan perintah suami selama apa yang menjadi perintahnya adalah kebaikan dan sesuai syariat islam. selain itu, keimanan yang kuat itu senantiasa mendekatkan diri kita kepada Allah, serta menjauhkannya dari keterikatan-keterikatan akan syetan. Termasuk keterikatan kepada hal-hal yang buruk, seperti keterikatan nafsu terhadap sesama jenis. Maka ketika itu telah menimpa seseorang maka akan sulit mengubah keterikatan itu, kecuali dengan bantuan Allah sebagai pembolak balik dan pemilik hati manusia.

“Meskipun kalian tidak sama persis dengan kaum luth, namun apa yang menimpa kaum luth, tidaklah jauh berbeda akan menimpa kalian ketika kalian menyerupai kaum luth”..

Sumber : Kisah Para Nabi dan Rosul (Al-Hafidzh Ibn Katsir).
‪#‎PonpesAl‬-Iffah1437H
‪#‎KementerianInfokom‬
‪#‎KitaPeduli‬

0 komentar:

Posting Komentar